(Foto: thinkstock)
Catalonia, Merokok saat bayi tidak ada di ruangan bukan berarti membebaskan bayi Anda dari bahaya asap rokok dan nikotin. Studi menunjukkan bahwa bayi yang tidur sekamar dengan orangtua terutama ayah perokok memiliki kandungan nikotin 3 kali lebih tinggi.
Studi yang dilakukan BIBE (Brief Intervention in Babies Effectiveness) dan dipublikasikan BMC Public Health menunjukkan bahwa bayi yang tidur sekamar dengan orangtua perokok menunjukkan kadar nikotin 3 kali lebih tinggi ketimbang bayi yang tidur di ruang terpisah.
Bahaya tidak hanya mengintai perokok aktif atau perokok pasif (second-hand smoke) yang langsung terpapar asap rokok, tapi juga pada perokok pasif yang tidak merasakan asap rokok secara langsung atau disebut third-hand smoke, misalnya seperti bayi atau anak-anak.
Third-hand smoke dapat merasakan bahaya nikotin dari partikel yang menempel pada pakaian, kulit atau perabot rumah, yang masih bisa menyisakan nikotin dengan tingkat tinggi. Inilah sebabnya mengapa orangtua perokok sebaiknya tidak tidur sekamar dengan bayinya.
Hal ini merupakan hasil kesimpulan dari sebuah penelitian yang dilakukan di Catalonia, yang juga menunjukkan bahwa ventilasi kamar tidur tidak efektif dalam mengurangi tingkat racun pada perokok pasif (second-hand smoke) dan third-hand smoke.
"Perokok pasif adalah penyebab utama kematian anak di negara maju", jelas Guadalupe Ortega, penulis utama studi, seperti dilansir Topnews, Kamis (31/3/2011).
Ortega menjelaskan bahwa studi ini dilakukan untuk menyoroti paparan asap rokok pada kelompok usia yang sangat rentan di ruang-ruang privat.
Studi ini melibatkan partisipan dari 96 dari pusat kesehatan primer di Catalonia.
Para peneliti mewawancarai orang tua dari 1.123 bayi (di bawah usia 18 bulan) yang memiliki setidaknya satu orangtua perokok.
Peneliti juga menganalisis sampel rambut dari 252 bayi untuk menentukan kadar nikotin dan melakukan tindak lanjut kunjungan tiga dan enam bulan kemudian.
Studi yang dilakukan BIBE (Brief Intervention in Babies Effectiveness) dan dipublikasikan BMC Public Health menunjukkan bahwa bayi yang tidur sekamar dengan orangtua perokok menunjukkan kadar nikotin 3 kali lebih tinggi ketimbang bayi yang tidur di ruang terpisah.
Bahaya tidak hanya mengintai perokok aktif atau perokok pasif (second-hand smoke) yang langsung terpapar asap rokok, tapi juga pada perokok pasif yang tidak merasakan asap rokok secara langsung atau disebut third-hand smoke, misalnya seperti bayi atau anak-anak.
Third-hand smoke dapat merasakan bahaya nikotin dari partikel yang menempel pada pakaian, kulit atau perabot rumah, yang masih bisa menyisakan nikotin dengan tingkat tinggi. Inilah sebabnya mengapa orangtua perokok sebaiknya tidak tidur sekamar dengan bayinya.
Hal ini merupakan hasil kesimpulan dari sebuah penelitian yang dilakukan di Catalonia, yang juga menunjukkan bahwa ventilasi kamar tidur tidak efektif dalam mengurangi tingkat racun pada perokok pasif (second-hand smoke) dan third-hand smoke.
"Perokok pasif adalah penyebab utama kematian anak di negara maju", jelas Guadalupe Ortega, penulis utama studi, seperti dilansir Topnews, Kamis (31/3/2011).
Ortega menjelaskan bahwa studi ini dilakukan untuk menyoroti paparan asap rokok pada kelompok usia yang sangat rentan di ruang-ruang privat.
Studi ini melibatkan partisipan dari 96 dari pusat kesehatan primer di Catalonia.
Para peneliti mewawancarai orang tua dari 1.123 bayi (di bawah usia 18 bulan) yang memiliki setidaknya satu orangtua perokok.
Peneliti juga menganalisis sampel rambut dari 252 bayi untuk menentukan kadar nikotin dan melakukan tindak lanjut kunjungan tiga dan enam bulan kemudian.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar