Manchester, Inggris, Kanker paru merupakan salah satu jenis kanker yang susah disembuhkan. Kini sebuah teknik baru yang sederhana bisa membantu meningkatkan diagnosis dan pilihan perawatan bagi pasien kanker paru.
Teknik ini melibatkan perhitungan jumlah sel tumor dalam sampel darah yang diambil sebelum dan sesudah pasien melakukan kemoterapi.
Dengan teknik ini memungkinkan bagi dokter untuk mengetahui seberapa baik respons pasien terhadap pengobatan yang diberikan.
Selain itu juga mencerminkan peningkatan dalam menentukan tes diagnosis yang saat ini masih berupa invasif dan hanya dapat dilakukan sekali.
Selama ini untuk menentukan diagnosis kanker paru melalui satu prosedur yang disebut dengan bronchoscopy, yaitu mengambil sampel jaringan dari saluran udara dengan menggunakan jarum.
"Kanker paru-paru adalah penyebab kematian utama akibat kanker di Inggris dan kami sangat membutuhkan pengobatan yang baru untuk penyakit ini," ujar Dr Lesley Walker, direktur informasi dari Cancer Research UK, seperti dikutip dari Telegraph, Kamis (24/3/2011).
Dr Walker menuturkan hal yang baru dan menarik dari teknik ini adalah dapat mendeteksi serta menghitung sel-sel tumor yang beredar melalui darah sehingga menunjukkan adanya kemajuan dalam penanganan penyakit ini.
Dalam laporan yang baru dipublikasikan Journal of Clinical Oncology, peneliti menjelaskan bagaimana mempelajari jumlah sel tumor yang beredar (circulating tumour cells/CTCs) pada 101 pasien kanker paru sebelum dan setelah melakukan satu siklus kemoterapi.
Tim peneliti percaya bahwa dengan menghitung CTCs maka dokter bisa memonitor seberapa baik pasien merespons kemoterapi yang dilakukan. Jika diketahui jumlah selnya meningkat maka akan diberikan perawatan berbeda yang mungkin bisa merespons lebih baik.
"Penelitian kami menunjukkan cara baru untuk memantau bagaimana respons dari pengobatan dan menentukan seberapa agresif hal tersebut. Sekarang kita perlu mengujinya dalam skala besar dan jika sudah dikonfirmasi hasilnya maka bisa menjadi potensi perawatan dan pengobatan penyakit ini dengan menyesuaikan pada kondisi pasien," ujar Dr Fiona Blackhall, penulis studi dan dokter kanker paru di The Christie Cancer Centre, Manchester.
Diharapkan dengan mengembangkan teknik sederhana ini bisa menjadi terobosan masa depan dalam memahami bagaimana penyakit kanker paru-paru berkembang, hal ini karena melibatkan jumlah dari sel tumor yang ada di dalam tubuh pasien.
Teknik ini melibatkan perhitungan jumlah sel tumor dalam sampel darah yang diambil sebelum dan sesudah pasien melakukan kemoterapi.
Dengan teknik ini memungkinkan bagi dokter untuk mengetahui seberapa baik respons pasien terhadap pengobatan yang diberikan.
Selain itu juga mencerminkan peningkatan dalam menentukan tes diagnosis yang saat ini masih berupa invasif dan hanya dapat dilakukan sekali.
Selama ini untuk menentukan diagnosis kanker paru melalui satu prosedur yang disebut dengan bronchoscopy, yaitu mengambil sampel jaringan dari saluran udara dengan menggunakan jarum.
"Kanker paru-paru adalah penyebab kematian utama akibat kanker di Inggris dan kami sangat membutuhkan pengobatan yang baru untuk penyakit ini," ujar Dr Lesley Walker, direktur informasi dari Cancer Research UK, seperti dikutip dari Telegraph, Kamis (24/3/2011).
Dr Walker menuturkan hal yang baru dan menarik dari teknik ini adalah dapat mendeteksi serta menghitung sel-sel tumor yang beredar melalui darah sehingga menunjukkan adanya kemajuan dalam penanganan penyakit ini.
Dalam laporan yang baru dipublikasikan Journal of Clinical Oncology, peneliti menjelaskan bagaimana mempelajari jumlah sel tumor yang beredar (circulating tumour cells/CTCs) pada 101 pasien kanker paru sebelum dan setelah melakukan satu siklus kemoterapi.
Tim peneliti percaya bahwa dengan menghitung CTCs maka dokter bisa memonitor seberapa baik pasien merespons kemoterapi yang dilakukan. Jika diketahui jumlah selnya meningkat maka akan diberikan perawatan berbeda yang mungkin bisa merespons lebih baik.
"Penelitian kami menunjukkan cara baru untuk memantau bagaimana respons dari pengobatan dan menentukan seberapa agresif hal tersebut. Sekarang kita perlu mengujinya dalam skala besar dan jika sudah dikonfirmasi hasilnya maka bisa menjadi potensi perawatan dan pengobatan penyakit ini dengan menyesuaikan pada kondisi pasien," ujar Dr Fiona Blackhall, penulis studi dan dokter kanker paru di The Christie Cancer Centre, Manchester.
Diharapkan dengan mengembangkan teknik sederhana ini bisa menjadi terobosan masa depan dalam memahami bagaimana penyakit kanker paru-paru berkembang, hal ini karena melibatkan jumlah dari sel tumor yang ada di dalam tubuh pasien.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar