Dibandingkan pada pria, ciuman ternyata kurang bermanfaat bagi sistem kekebalan tubuh wanita. Ciuman bagi wanita justru menurunkan hormon baik yakni hormon oksitosin.
Ciuman diketahui bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Namun efek dari ciuman ini ternyata berbeda antara laki-laki dan perempuan. Tapi ciuman juga bisa menularkan beberapa penyakit salah satunya adalah infeksi mononucleosis (kissing disease).
Seperti dikutip dalam buku Walter C., berjudul Affairs of the Lips, Scientific American MIND, dan buku ABC of Sexual Health karangan Tomlinson J, ciuman memang bisa memicu pesan-pesan neuronal (melalui saraf) dan kimiawi yang mentransmisikan sensasi erotik, gairah seksual, rasa meleburnya hati kedua insan dan rasa senang yang intens (euphoria).
Sayangnya ciuman bagi perempuan justru bisa menurunkan kadar hormon oksitosinnya, sedangkan pada laki-laki kadar hormon ini akan meningkat yang berpengaruh pada keintiman dengan lawan jenis dan juga orgasme.
Menurut dr Andriwanananda, MS selaku anggota Asosiasi Seksologi Indonesia dalam tulisannya, Senin (18/4/2011) hal ini menunjukkan bahwa perempuan membutuhkan kontak fisik lainnya untuk meningkatkan kadar hormon oksitosin dan tidak sekedar ciuman saja. Kontak fisik yang diperlukan seperti suasana yang romantis, pelukan serta sentuhan pada daerah-daerah erotik lainnya.
Hormon oksitosin dikenal sebagai 'cuddle hormone' atau hormon cinta karena bisa mempengaruhi perilaku ibu dan anak serta ikatan antar pasangan. Oksitosin pada tingkat otak memainkan peran dalam ekspresi, seksual, stres, sosial, perilaku makan serta kemampuan belajar dan memori.
Reseptor dari oksitosin ini menjadi mediator dari beberapa respons perilaku, dan reseptor ini juga ditemukan di seluruh otak serta sistem reproduksi dari kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan.
Hormon ini secara alami dikeluarkan sebagai respons dari rangsangan luar yang diterima seseorang meliputi stimulasi pada puting payudara, stimulasi rahim atau leher rahim selama melakukan hubungan seksual atau respons dari bayi yang bergerak menuju jalur lahir. Kadar dari hormon oksitosin ini juga akan meningkat jika seseorang mendapatkan dukungan yang penuh dari pasangan.
Selain itu umumnya orang-orang yang memiliki hubungan cinta kasih akan memiliki kadar hormon oksitosin yang lebih tinggi dibanding yang lain. Dan hormon oksitosin ini juga membantu menurunkan tekanan darah serta mengurangi kadar hormon kortisol (hormon stres).
Untuk itu jika seorang perempuan ingin mendapatkan kadar hormon oksitosin yang tinggi atau sama dengan laki-laki saat berciuman, maka ia memerlukan kontak fisik lain untuk mendapatkannya.
Ciuman diketahui bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Namun efek dari ciuman ini ternyata berbeda antara laki-laki dan perempuan. Tapi ciuman juga bisa menularkan beberapa penyakit salah satunya adalah infeksi mononucleosis (kissing disease).
Seperti dikutip dalam buku Walter C., berjudul Affairs of the Lips, Scientific American MIND, dan buku ABC of Sexual Health karangan Tomlinson J, ciuman memang bisa memicu pesan-pesan neuronal (melalui saraf) dan kimiawi yang mentransmisikan sensasi erotik, gairah seksual, rasa meleburnya hati kedua insan dan rasa senang yang intens (euphoria).
Sayangnya ciuman bagi perempuan justru bisa menurunkan kadar hormon oksitosinnya, sedangkan pada laki-laki kadar hormon ini akan meningkat yang berpengaruh pada keintiman dengan lawan jenis dan juga orgasme.
Menurut dr Andriwanananda, MS selaku anggota Asosiasi Seksologi Indonesia dalam tulisannya, Senin (18/4/2011) hal ini menunjukkan bahwa perempuan membutuhkan kontak fisik lainnya untuk meningkatkan kadar hormon oksitosin dan tidak sekedar ciuman saja. Kontak fisik yang diperlukan seperti suasana yang romantis, pelukan serta sentuhan pada daerah-daerah erotik lainnya.
Hormon oksitosin dikenal sebagai 'cuddle hormone' atau hormon cinta karena bisa mempengaruhi perilaku ibu dan anak serta ikatan antar pasangan. Oksitosin pada tingkat otak memainkan peran dalam ekspresi, seksual, stres, sosial, perilaku makan serta kemampuan belajar dan memori.
Reseptor dari oksitosin ini menjadi mediator dari beberapa respons perilaku, dan reseptor ini juga ditemukan di seluruh otak serta sistem reproduksi dari kedua jenis kelamin baik laki-laki maupun perempuan.
Hormon ini secara alami dikeluarkan sebagai respons dari rangsangan luar yang diterima seseorang meliputi stimulasi pada puting payudara, stimulasi rahim atau leher rahim selama melakukan hubungan seksual atau respons dari bayi yang bergerak menuju jalur lahir. Kadar dari hormon oksitosin ini juga akan meningkat jika seseorang mendapatkan dukungan yang penuh dari pasangan.
Selain itu umumnya orang-orang yang memiliki hubungan cinta kasih akan memiliki kadar hormon oksitosin yang lebih tinggi dibanding yang lain. Dan hormon oksitosin ini juga membantu menurunkan tekanan darah serta mengurangi kadar hormon kortisol (hormon stres).
Untuk itu jika seorang perempuan ingin mendapatkan kadar hormon oksitosin yang tinggi atau sama dengan laki-laki saat berciuman, maka ia memerlukan kontak fisik lain untuk mendapatkannya.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar