Meski menghadapi kelangkaan tenaga kesehatan di beberapa daerah, Indonesia justru mengirimkan perawat-perawatnya ke luar negeri. Menteri Kesehatan menilai, hal ini membuktikan bahwa kualitas tenaga kesehatan Indonesia cukup bersaing.
Menteri Kesehatan (Menkes) Endang Rahayu Sedyaningsih mengatakan, China-ASEAN Free Trade Area (CAFTA) bukan ancaman bagi tenaga kesehatan Indonesia. Sebab bukan hanya tenaga asing yang bisa masuk Indonesia, Indonesia juga punya peluang untuk mengirim tenaga kesehatannya luar negeri.
Saat ini, tenaga kesehatan Indonesia yang banyak diminati dunia internasional adalah perawat. Banyak perawat Indonesia yang kini sudah bekerja di luar negeri, baik yang dikirim oleh pemerintah maupun berangkat sendiri melalui penyalur tenaga kerja swasta.
"Perawat kita paling banyak dikirim ke Kuwait, lebih dari 400 sementara di Jepang sekitar 300. Perawat yang berangkat sendiri ke luar negeri jumlahnya lebih banyak," ungkap Menkes saat ditemui dalam Lokakarya Pendidikan Kedokteran di Indonesia di Universitas Indonesia, Salemba, Rabu (20/4/2011).
Menkes juga membantah adanya serbuan dokter asing ke Indonesia. Menurutnya saat ini belum ada satupun dokter asing yang bekerja di Indonesia, kalaupun ada maka dokter tersebut bekerja secara ilegal dan harus dilaporkan ke Kementerian Kesehatan.
Bahkan untuk melindungi dokter lokal, pemerintah juga menetapkan peraturan bahwa dokter asing yang bisa bekerja di Indonesia hanya dokter-dokter subspesialis. Itupun harus dilakukan dalam kerangka transfer pengetahuan, sehingga memberikan nilai lebih bagi perkembangan kedokteran dalam negeri.
Sementara itu, persoalan tenaga kesehatan di dalam negeri masih berkutat pada kekurangan jumlah dokter dan distribusi yang kurang merata. Untuk mengatasinya, Menkes memberikan beasiswa untuk dokter-dokter daerah yang ingin mengambil spesialis dengan syarat harus kembali ke daerahnya lagi.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar