Beberapa pasien menganggap, dokter yang bagus adalah dokter yang antrean pasiennya selalu penuh. Padahal dengan pasien sebanyak itu, dokter tidak punya cukup waktu untuk melakukan pemeriksaan yang akurat apalagi melayani konsultasi.
Akibatnya, sering ditemui dokter sudah selesai menuliskan resep padahal pasiennya baru mulai menyampaikan keluhannya. Fenomena seperti ini memunculkan kesan ada dokter-dokter ajaib yang memiliki satu 'template' resep untuk berbagai jenis keluhan penyakit.
Dokter anak sekaligus pendiri Yayasan Orangtua Peduli, Dr Purnamawati S Pujiarto, SpA(K), MMPed mengatakan idealnya dokter punya waktu minimal 20 menit untuk melayani tiap pasien yang butuh konsultasi. Bahkan ia sendiri mengaku kadang-kadang butuh lebih dari 30 menit.
"Pasien perlu tahu tentang penyakitnya, sementara dokter tidak mungkin menjelaskan kalau waktunya sangat terbatas," ungkap Dr Wati dalam lokakarya bertema "Sudah Tepatkah Obat Anda?" di Graha CIMB Niaga, Jl Sudirman, Kebayoran Baru, Senin (25/4/2011).
Minimnya waktu yang disediakan dokter untuk melayani pasien yang ingin konsultasi juga pernah dikeluhkan oleh peneliti kesehatan komunitas Universitas Indonesia, Dr dr Herqutanto, MPH, MARS. Menurutnya dokter perlu membatasi jumlah pasien agar tidak terlalu sibuk.
Seperti yang pernah ditulis detikHealth, hingga saat ini tidak ada aturan yang membatasi jumlah pasien yang boleh ditangani oleh dokter. Aturan yang ada hanya UU Praktik Kedokteran No 29 tahun 2004 yang membatasi tempat praktik dokter, yakni maksimal di 3 tempat.
Di sisi lain, pasien juga harus menghargai waktu yang disediakan oleh dokter dengan tidak menanyakan pertanyaan-pertanyaan yang tidak perlu. Agar diskusi lebih lancar, ada baiknya pasien membekali diri dengan informasi tentang penyakitnya.
Menurut Dr Wati, ada sebagian pasien yang keminter atau sok tahu dengan menanyakan hal-hal yang sebenarnya sudah diketahui sehingga terkesan ingin menguji dokter. Ada juga yang datang dengan pengetahuan sedikit, tetapi menanyakan hal-hal di luar konteks penyakitnya sehingga suasananya seperti sedang kuliah.
"Beberapa pasien datang for the shake of asking question. Menurut saya pasien seperti itu keminter dan tidak bijak. Bagaimanapun pasien juga harus menghargai waktu dan tenaga dokter dengan tidak bersikap ketus atau nyocor," tambah Dr Wati.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar