Jakarta, Ketika ada susu mengandung bakteri, masyarakat panik karena sedikit banyak akan berdampak pada kesehatan. Lain halnya dengan teh Kombucha yang memang dicampur bakteri, ramuan ini malah diklaim lebih berkhasiat dibanding teh biasa.
Kandungan bakteri dan ragi dalam teh Kombucha menyebabkan minuman ini terasa agak asam karena mengalami fermentasi. Ada juga yang menyebutnya teh jamur atau mushroom tea, karena lempengan yang diseduh sebenarnya terdiri dari koloni bakteri dan jamur yang saling bersimbiosis.
Nama Kambucha diambil dari seorang dokter asal Korea, Dr Kombu yang membawa ramuan tradisional berusia lebih dari 2.000 tahun ini ke Jepang pada abad ke-5. Ramuan ini jauh-jauh didatangkan dari China sebagai persembahan untuk penguasa Jepang saat itu, Kaisar Ingyoo.
Sejak saat itu, teh Kombucha mulai dikenal sebagai minuman kesehatan dan menyebar dengan cepat ke segala penjuru dunia. Kini minuman itu sudah populer di berbagai wilayah termasuk Rusia, Eropa dan berbagai negara di benua Asia.
Berbagai klaim bermunculan, ada yang mengatakan teh Kombucha bisa menurunkan kadar kolesterol dan mengobati kanker. Bahkan ada yang mengoleskannya pada kulit kepala untuk mengatasi kebotakan sehingga dijuluki juga sebagai wonder tonic.
Meski demikian, tidak semua orang percaya pada khasiatnya. Ahli penyakit dalam dari Mayo Clinic, Dr Brent A Bauer termasuk salah seorang praktisi kesehatan yang meragukan berbagai klaim tentang teh Kombucha yang menurutnya agak berlebihan.
"Hingga saat ini belum ada satupun uji klinis pada manusia yang membuktikan manfaat teh Kombucha. Bukan berarti tidak ada manfaatnya, tapi untuk saat ini berbagai klaim itu belum punya dasar ilmiah," ungkapnya seperti dikutip dari MSN Health, Kamis (10/2/2011).
Jangankan bermanfaat, Centers for Disease Control and Prevention di Amerika Serikat justru pernah melaporkan adanya korban keracunan teh kombucha. Pada April 1995, 2 wanita masuk rumah sakit akibat asidosis atau kelebihan asam dalam cairan tubuh.
Kedua korban mengkonsumsi teh tersebut secara rutin setiap hari, sejak 2 bulan sebelumnya. Salah satu di antara kedua pasien itu akhirnya tewas, sementara yang satu lagi dapat diselamatkan meski dalam perawatan jantungnya sempat berhenti.
Asidosis metabolik atau meningkatnya tingkat keasaman dalam cairan tubuh merupakan salah satu efek samping teh Kombucha. Efek samping lainnya yang pernah dilaporkan adalah keracunan dan kerusakan hati karena dipaksa sbekerja lebih keras untuk memetabolisme asam.
Meski begitu belum pernah ada himbauan dari pihak terkait untuk tidak meminum teh Kombucha. Food and Drug Administration di Amerika hanya mengimbau agar teh ini diminum dalam jumlah wajar, kira-kira tidak lebih dari 4 ounce (120 mL) perhari.
Kandungan bakteri dan ragi dalam teh Kombucha menyebabkan minuman ini terasa agak asam karena mengalami fermentasi. Ada juga yang menyebutnya teh jamur atau mushroom tea, karena lempengan yang diseduh sebenarnya terdiri dari koloni bakteri dan jamur yang saling bersimbiosis.
Nama Kambucha diambil dari seorang dokter asal Korea, Dr Kombu yang membawa ramuan tradisional berusia lebih dari 2.000 tahun ini ke Jepang pada abad ke-5. Ramuan ini jauh-jauh didatangkan dari China sebagai persembahan untuk penguasa Jepang saat itu, Kaisar Ingyoo.
Sejak saat itu, teh Kombucha mulai dikenal sebagai minuman kesehatan dan menyebar dengan cepat ke segala penjuru dunia. Kini minuman itu sudah populer di berbagai wilayah termasuk Rusia, Eropa dan berbagai negara di benua Asia.
Berbagai klaim bermunculan, ada yang mengatakan teh Kombucha bisa menurunkan kadar kolesterol dan mengobati kanker. Bahkan ada yang mengoleskannya pada kulit kepala untuk mengatasi kebotakan sehingga dijuluki juga sebagai wonder tonic.
Meski demikian, tidak semua orang percaya pada khasiatnya. Ahli penyakit dalam dari Mayo Clinic, Dr Brent A Bauer termasuk salah seorang praktisi kesehatan yang meragukan berbagai klaim tentang teh Kombucha yang menurutnya agak berlebihan.
"Hingga saat ini belum ada satupun uji klinis pada manusia yang membuktikan manfaat teh Kombucha. Bukan berarti tidak ada manfaatnya, tapi untuk saat ini berbagai klaim itu belum punya dasar ilmiah," ungkapnya seperti dikutip dari MSN Health, Kamis (10/2/2011).
Jangankan bermanfaat, Centers for Disease Control and Prevention di Amerika Serikat justru pernah melaporkan adanya korban keracunan teh kombucha. Pada April 1995, 2 wanita masuk rumah sakit akibat asidosis atau kelebihan asam dalam cairan tubuh.
Kedua korban mengkonsumsi teh tersebut secara rutin setiap hari, sejak 2 bulan sebelumnya. Salah satu di antara kedua pasien itu akhirnya tewas, sementara yang satu lagi dapat diselamatkan meski dalam perawatan jantungnya sempat berhenti.
Asidosis metabolik atau meningkatnya tingkat keasaman dalam cairan tubuh merupakan salah satu efek samping teh Kombucha. Efek samping lainnya yang pernah dilaporkan adalah keracunan dan kerusakan hati karena dipaksa sbekerja lebih keras untuk memetabolisme asam.
Meski begitu belum pernah ada himbauan dari pihak terkait untuk tidak meminum teh Kombucha. Food and Drug Administration di Amerika hanya mengimbau agar teh ini diminum dalam jumlah wajar, kira-kira tidak lebih dari 4 ounce (120 mL) perhari.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar