Selama ini analisis sidik jari digunakan untuk mengetahui bagaimana tipe gaya belajar seorang anak. Kini sidik jari juga bisa digunakan untuk menganalisis tipe gaya asuh dari orangtua.
"Dalam mengasuh anak, kadang ibu memberikan stimulasi atau pendekatan yang belum tentu sesuai dengan kondisi anaknya. Hal ini karena ibu belum mengetahui gaya asuh diri mereka sendiri," ujar Efnie Indrianie, MPsi, seorang psikolog anak dari Psychobiometric dalam acara Inovasi Sidik Jari Cerdas Frisian Flag 2011 Bantu Ibu Berikan Stimulasi Optimal untuk si Kecil di Giggle FX Jakarta, Selasa (22/2/2011).
Efnie menuturkan terkadang ibu-ibu merasa kesal karena anaknya susah sekali menuruti kemauannya, misalnya ibu dengan gaya asuh responsif cenderung mengikuti tren yang ada padahal belum tentu sesuai dengan potensi si anak itu sendiri.
"Dengan mengetahui seperti apa gaya asuh yang dimiliki, maka seorang ibu lebih mudah dalam mengkombinasikan atau menyesuaikan dirinya dengan si anak sehingga pengembangan potensi anak menjadi lebih optimal," ungkapnya.
Untuk mengetahui sidik jari orangtua ini caranya ibu atau ayah diambil sidik jarinya. Kemudian dianalisa dengan komputer untuk menentukan diagnosanya. Dari hasil guratan sidik jari tersebut bisa terlihat tipe gaya asuhnya.
Psikolog yang akrab disapa Pipin ini menuturkan ada 4 tipe gaya asuh dari orangtua berdasarkan sidik jari yaitu:
Gaya asuh alamiah (natural)
Tipe ini cenderung lebih banyak memberikan kebebasan pada anak dan mengikuti alur perkembangan si kecil tanpa memberikan batasan-batasan yang tegas, misalnya anak mau sekolah musik ibunya selalu menuruti. Tapi kelemahan dari gaya asuh ini anak cenderung memiliki manajemen batas yang rendah, misalnya sulit untuk memanage waktu.
Gaya asuh membimbing (nurturing)
Tipe ini cenderung memiliki pola pengasuhan tertentu dan batasan-batasan yang jelas terhadap anak, mislanya kapan anak harus mandi, kapan waktunya mengerjakan PR atau berapa nilai yang harus dimiliki oleh anak di sekolah. Namun gaya asuh ini berbeda atau tidak sampai menjadi otoriter, karena orangtua cenderung mengarahkan anaknya.
Jika anaknya memiliki tipe organize (teratur) maka tipe ini bisa saja diterapkan dengan baik, tapi jika anaknya cenderung fleksibel ibu biasanya lebih sering marah-marah dan anak bisa saja menjadi stres.
Gaya asuh responsif
Tipe ini cenderung mudah mengambil keputusan yang berhubungan dengan anak dan biasanya mengikuti tren atau sesuatu yang baru, misalnya lagi tren les aritmatika maka anaknya diikutsertakan. Jika anaknya memang suka matematika maka hal ini akan bermanfaat untuk anak, tapi jika tidak sesuai dengan potensi atau gaya belajar anak maka bisa saja memicu stres anak.
Gaya asuh analitis (analytical)
Tipe ini cenderung memiliki banyak pertimbangan atau lama mikir dalam memutuskan segala sesuatu yang berhubungan dengan anak, karena ia tidak mudah mengambil keputusan. Misalnya saat anak mau masuk sekolah maka ia mensurvei beberapa sekolah sendiri untuk tahu kelebihan dan kekurangan sekolah itu, teliti dalam memberikan cemilan atau makanan untuk anak, serta tidak mudah terpengaruh dengan pendapat orang lain.
"Satu hal yang pasti tidak ada pola asuh yang benar atau salah. Tapi jika ibu tahu gaya asuh seperti apa yang dimilikinya, maka ia akan lebih mudah menyesuaikan diri dengan anaknya," ungkap psikolog yang menjadi Kepala Bidang Kajian Psikologi Perkembangan Universitas Kristen Maranatha Bandung.
Setiap anak memiliki perilaku, karakter dan bakat yang berbeda-beda. Untuk gaya belajar ada anak yang lebih unggul dalam hal visual, auditory atau kinestetik. Sedangkan kemampuan anak dalam mengeksplor sesuatu ada yang memiliki tipe realistis (harus diperlihatkan secara langsung benda-benda nyata), imajinatif (senang menggunakan analogi), observasi (mudah belajar dengan cara mengamati) serta eksperimen (harus uji coba terlebih dahulu dalam belajar).
"Analisis gaya asuh melalui sidik jari ini tidak hanya untuk para ibu saja tapi juga berlaku untuk ayah atau single parent. Selain itu hasil analisisnya memiliki tingkat akurasi 87,91 persen dan bersifat permanen," ujarnya
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar