Lawrence, Kansas, Kelak jika perjalanan ke luar angkasa dikomersialkan, mungkin banyak pasangan muda yang ingin berbulan madu di bulan. Padahal menurut penelitian, kondisi zero gravity (tanpa gravitasi) dapat mempengaruhi kesuburan pria maupun wanita.
Hal itu dibuktikan dalam eksperimen yang dilakukan oleh Joe Tash, ahli biologi dari University of Kansas Medical Center. Eksperimen tersebut melibatkan beberapa ekor tikus yang disertakan dalam ekspedisi pesawat ulang-alik Discovery, April silam.
Hanya dalam 2 hari penerbangan, Tash mendapati ukuran testis menyusut dan jumlah sperma yang dihasilkan tikus jantan berkurang. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan para tikus untuk membuahi pasangannya dan jika berlanjut akan menyebabkan tikus-tikus jantan itu mandul.
Dampak zero gravity pada tikus betina tidak kalah dahsyat, bahkan Tash menyebutnya lebih dramatis. Di hari ke-15 penerbangan ke luar angkasa, Tash mendapati ovarium atau indung telur tikus betina menutup sehingga tidak mungkin dibuahi.
Tash mengakui tidak mungkin melakukan pengamatan langsung pada para astronot, sebab dalam misi yang dijalankan oleh badan antariksa Amerika Serikat itu riset kesehatan reproduksi bukan prioritas. Alasan ini sesuai dengan pendapat oleh ilmiwan lain dari University of Texas, Richard Jennings.
"Jika astronot sakit di luar angkasa, maka akan menjadi prioritas karena menyangkut isu keselamatan yang mengancam jiwa. Sejauh ini reproduksi masih berada di bawah dalam daftar prioritas," ungkap Jennings seperti dikutip Kansascity, Kamis (6/1/2011).
Lagipula hasil penelitian Tash agak berseberangan dengan beberapa penelitian terdahulu. Jennings menilai, hasil penelitian selama ini belum menunjukkan bukti kuat bahwa perjalanan ke luar angkasa dapat membahayakan kesehatan reproduksi.
Penelitian yang dilakukan Jennings pada tahun 2005 menunjukkan, sedikitnya 17 bayi telah dilahirkan oleh astronot wanita sepulang dari misinya ke luar angkasa. Beberapa astronot pria juga sukses menghamili pasangannya dalam 2 minggu setelah mendarat di bumi.
Hal itu dibuktikan dalam eksperimen yang dilakukan oleh Joe Tash, ahli biologi dari University of Kansas Medical Center. Eksperimen tersebut melibatkan beberapa ekor tikus yang disertakan dalam ekspedisi pesawat ulang-alik Discovery, April silam.
Hanya dalam 2 hari penerbangan, Tash mendapati ukuran testis menyusut dan jumlah sperma yang dihasilkan tikus jantan berkurang. Kondisi ini mempengaruhi kemampuan para tikus untuk membuahi pasangannya dan jika berlanjut akan menyebabkan tikus-tikus jantan itu mandul.
Dampak zero gravity pada tikus betina tidak kalah dahsyat, bahkan Tash menyebutnya lebih dramatis. Di hari ke-15 penerbangan ke luar angkasa, Tash mendapati ovarium atau indung telur tikus betina menutup sehingga tidak mungkin dibuahi.
Tash mengakui tidak mungkin melakukan pengamatan langsung pada para astronot, sebab dalam misi yang dijalankan oleh badan antariksa Amerika Serikat itu riset kesehatan reproduksi bukan prioritas. Alasan ini sesuai dengan pendapat oleh ilmiwan lain dari University of Texas, Richard Jennings.
"Jika astronot sakit di luar angkasa, maka akan menjadi prioritas karena menyangkut isu keselamatan yang mengancam jiwa. Sejauh ini reproduksi masih berada di bawah dalam daftar prioritas," ungkap Jennings seperti dikutip Kansascity, Kamis (6/1/2011).
Lagipula hasil penelitian Tash agak berseberangan dengan beberapa penelitian terdahulu. Jennings menilai, hasil penelitian selama ini belum menunjukkan bukti kuat bahwa perjalanan ke luar angkasa dapat membahayakan kesehatan reproduksi.
Penelitian yang dilakukan Jennings pada tahun 2005 menunjukkan, sedikitnya 17 bayi telah dilahirkan oleh astronot wanita sepulang dari misinya ke luar angkasa. Beberapa astronot pria juga sukses menghamili pasangannya dalam 2 minggu setelah mendarat di bumi.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar