Memasuki usia senja, penurunan daya ingat merupakan fase alamiah yang nantinya menimpa setiap individu. Memelihara daya ingat dengan ragam cara merupakan cara efektif mengatasi pikun. Daya ingat perempuan ketika memasuki usia 50 ternyata jauh lebih baik ketimbang pria, termasuk untuk urusan mengingat kata berikut akurasinya.
Hasil riset tim peneliti Universitas London mengungkapkan, secara verbal daya ingat pria lebih buruk. "Riset sebelumnya telah mendapati hasil yang sama. Ini merupakan kali pertama penelitian melibatkan pria dan wanita berusia paruh baya dalam jumlah besar di Inggris," ungkap Matthew Brown dan Brian Dodgeon, peneliti dari Universitas London, seperti dikutip dari Telegraph. Sebelumnya, peneliti melibatkan lebih dari 9.600 laki-laki dan perempuan di britania raya. Rata-rata relawan merupakan anggota dari National Child Development Study (NCDS). Masing-masing individu diberikan 10 pertanyaan. Setelah dua menit, masing-masing individu diberikan semacam tes daya ingat. Hasilnya, relawan perempuan berhasil mengalahkan pria pada dua tes verbal yang dilakukan berurutan. Rata-rata perempuan mengingat 5% pada tes pertama dan 10% pada tes kedua.
Selain itu, pada tes ketiga, mereka juga menjawab secara cepat. Seperti halnya pria, untuk tes ketiga relawan perempuan banyak melakukan kesalahan. Pada tes keempat, masing-masing individu diharuskan menebak nama hewan dengan waktu semenit, setiap relawan rata-rata menjawab 22 nama binatang.
Sementara itu, apakah belakangan ini Anda merasa mulai sering lupa? Misalnya, lupa memiliki janji, menaruh laptop, jadwal meeting, atau mungkin lupa menaruh kacamata. Hati-hati, bisa jadi kebiasaan itu adalah gejala Alzheimer atau pikun, yang merupakan bagian dari penyakit demensia.
Kabar baiknya, sebuah tes mendeteksi kebiasaan lupa sedang dalam tahap penelitian. Lewat tes darah bisa diketahui tingkat keparahan seseorang yang tergolong pelupa, seperti diberitakan dari laman Aol.
Saat ini, alat tes darah sederhana yang dibuat oleh perusahaan di Miami, AS, ini sedang diuji sebagai terobosan baru untuk mendeteksi penyakit menakutkan terkait dengan gangguan memori. Para peneliti di seluruh dunia menyebutnya temuan menarik dan menjanjikan.
Berdasarkan temuan yang telah dipublikasikan dalam jurnal Cell, alat ini berguna sebagai deteksi awal penyakit gangguan memori dengan harapan bisa membantu sebelum pasien mencapai stadium lanjut demensia.
Dalam proses penelitian, ilmuwan memusatkan perhatian pada antibodi, enzim, dan bahan kimia lainnya dalam darah penderita Alzheimer. Tim peneliti dari Scripps Research Institute di Florida, menciptakan ribuan molekul dan bereksperimen untuk melihat mana yang menanggapi antibodi yang ditemukan dalam sistem kekebalan tubuh pasien Alzheimer.
Tiga dari molekul buatan menunjukkan reaksi yang kuat untuk antibodi mereka dan selanjutnya direplikasi pengujian hasil. Menurut laporan, metode deteksi terbukti 93 persen akurat.
"Saya pikir itu menjanjikan untuk menjadi semacam indikator. Dan itu pendekatan yang baik," kata ahli bedah saraf Dr Ravish Patwardhan.
Namun, Direktur Komprehensif Jaringan Bedah Saraf di Louisiana ini juga mempertanyakan mengapa pengujian tidak dapat dilakukan saat lahir. Jika bisa, dia berspekulasi bahwa orang berisiko terkena Alzheimer bisa diketahui gejalanya sejak lahir, sehingga bisa mendapatkan perawatan lebih dini.
Sementara itu, John Trojanowski, Direktur Alzheimer's Center di University of Pennsylvania, kepada Miami Herald, mengungkapkan, "Ini teknologi yang sangat menjanjikan. Ini sebuah studi provokatif, pendekatan yang benar-benar segar dan baru.''
Meski demikian, temuan ini masih harus menjalani tes uji lebih lanjut dan perlu persetujuan dari Departemen Kesehatan setempat.
Alzheimer adalah penyakit degeneratif yang merusak memori otak dan menyebabkan kehilangan memori, dan disorientasi. Umumnya, penyakit ini muncul seiring pertambahan usia. Tapi, ahli mengatakan serangan mungkin terjadi lebih cepat daripada munculnya gejala.
Hasil riset tim peneliti Universitas London mengungkapkan, secara verbal daya ingat pria lebih buruk. "Riset sebelumnya telah mendapati hasil yang sama. Ini merupakan kali pertama penelitian melibatkan pria dan wanita berusia paruh baya dalam jumlah besar di Inggris," ungkap Matthew Brown dan Brian Dodgeon, peneliti dari Universitas London, seperti dikutip dari Telegraph. Sebelumnya, peneliti melibatkan lebih dari 9.600 laki-laki dan perempuan di britania raya. Rata-rata relawan merupakan anggota dari National Child Development Study (NCDS). Masing-masing individu diberikan 10 pertanyaan. Setelah dua menit, masing-masing individu diberikan semacam tes daya ingat. Hasilnya, relawan perempuan berhasil mengalahkan pria pada dua tes verbal yang dilakukan berurutan. Rata-rata perempuan mengingat 5% pada tes pertama dan 10% pada tes kedua.
Selain itu, pada tes ketiga, mereka juga menjawab secara cepat. Seperti halnya pria, untuk tes ketiga relawan perempuan banyak melakukan kesalahan. Pada tes keempat, masing-masing individu diharuskan menebak nama hewan dengan waktu semenit, setiap relawan rata-rata menjawab 22 nama binatang.
Sementara itu, apakah belakangan ini Anda merasa mulai sering lupa? Misalnya, lupa memiliki janji, menaruh laptop, jadwal meeting, atau mungkin lupa menaruh kacamata. Hati-hati, bisa jadi kebiasaan itu adalah gejala Alzheimer atau pikun, yang merupakan bagian dari penyakit demensia.
Kabar baiknya, sebuah tes mendeteksi kebiasaan lupa sedang dalam tahap penelitian. Lewat tes darah bisa diketahui tingkat keparahan seseorang yang tergolong pelupa, seperti diberitakan dari laman Aol.
Saat ini, alat tes darah sederhana yang dibuat oleh perusahaan di Miami, AS, ini sedang diuji sebagai terobosan baru untuk mendeteksi penyakit menakutkan terkait dengan gangguan memori. Para peneliti di seluruh dunia menyebutnya temuan menarik dan menjanjikan.
Berdasarkan temuan yang telah dipublikasikan dalam jurnal Cell, alat ini berguna sebagai deteksi awal penyakit gangguan memori dengan harapan bisa membantu sebelum pasien mencapai stadium lanjut demensia.
Dalam proses penelitian, ilmuwan memusatkan perhatian pada antibodi, enzim, dan bahan kimia lainnya dalam darah penderita Alzheimer. Tim peneliti dari Scripps Research Institute di Florida, menciptakan ribuan molekul dan bereksperimen untuk melihat mana yang menanggapi antibodi yang ditemukan dalam sistem kekebalan tubuh pasien Alzheimer.
Tiga dari molekul buatan menunjukkan reaksi yang kuat untuk antibodi mereka dan selanjutnya direplikasi pengujian hasil. Menurut laporan, metode deteksi terbukti 93 persen akurat.
"Saya pikir itu menjanjikan untuk menjadi semacam indikator. Dan itu pendekatan yang baik," kata ahli bedah saraf Dr Ravish Patwardhan.
Namun, Direktur Komprehensif Jaringan Bedah Saraf di Louisiana ini juga mempertanyakan mengapa pengujian tidak dapat dilakukan saat lahir. Jika bisa, dia berspekulasi bahwa orang berisiko terkena Alzheimer bisa diketahui gejalanya sejak lahir, sehingga bisa mendapatkan perawatan lebih dini.
Sementara itu, John Trojanowski, Direktur Alzheimer's Center di University of Pennsylvania, kepada Miami Herald, mengungkapkan, "Ini teknologi yang sangat menjanjikan. Ini sebuah studi provokatif, pendekatan yang benar-benar segar dan baru.''
Meski demikian, temuan ini masih harus menjalani tes uji lebih lanjut dan perlu persetujuan dari Departemen Kesehatan setempat.
Alzheimer adalah penyakit degeneratif yang merusak memori otak dan menyebabkan kehilangan memori, dan disorientasi. Umumnya, penyakit ini muncul seiring pertambahan usia. Tapi, ahli mengatakan serangan mungkin terjadi lebih cepat daripada munculnya gejala.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar