Sebagai salah satu emosi dasar manusia, baik pria maupun wanita dapat meluapkan kemarahan. Meski begitu, ada perbedaan cara menunjukkan kemarahan di antara dua gender tersebut. Lingkungan sekitar juga berbeda menilai kemarahan pria dan wanita.
Berdasarkan percobaan yang berulang kali dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa kedua jenis kelamin memiliki mekanisme yang sama untuk mengekspresikan emosi negatif. Namun, pria dan wanita menunjukkan kemarahan dengan cara berbeda. Demikian seperti dimuat dalam jurnal Science yang dirilis Genius Beauty, Senin (16/5/2011).
Berdasarkan percobaan yang berulang kali dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa kedua jenis kelamin memiliki mekanisme yang sama untuk mengekspresikan emosi negatif. Namun, pria dan wanita menunjukkan kemarahan dengan cara berbeda. Demikian seperti dimuat dalam jurnal Science yang dirilis Genius Beauty, Senin (16/5/2011).
Hasilnya, wanita cenderung merasa malu memperlihatkan kemarahan mereka. Sedangkan pria menganggapnya sesuatu yang wajar.
Kesimpulan serupa telah dibuat oleh para pakar selama percobaan sederhana yang menyebutkan, secara khusus psikolog membuktikan bahwa pria yang marah membuat kesan yang kuat pada orang lain. Masyarakat menilai pria yang sedang marah sebagai seorang dengan gaya yang aktif. Sebaliknya, kemarahan seorang wanita diartikan sebagai seorang yang perangai buruk.
Kesimpulan tersebut didasarkan pada sebuah percobaan sederhana. Kedua jenis kelamin yang disewa diminta menuntut kenaikan gaji kepada atasan. Para relawan diminta mengevaluasi perilaku mereka.
Mayoritas responden merasa bahwa marah pria merepresentasikan ketegasan, kekuatan, dan tekad. Tetapi para wanita yang menuntut kenaikan gaji dengan suara yang tinggi disebut sebagai pengganggu, tidak bisa mengendalikan diri, histeris dan tidak kompeten.
{ 0 komentar... read them below or add one }
Posting Komentar