Jaringan Mistik Islam Jawa

Diposting oleh admin on Sabtu, 13 November 2010


Jakarta, Mistikus Islam di Jawa telah dikenal sebagai sebuah hantu bagi Aqidah Islam, jawa yang merupakan sebuah kultur terbuka yang memiliki kemampuan adaptasi terhadap budaya apapun memungkinkan terjadinya ekstrim akulturasi terutama akulturasi Islam dan Jawa.


Bila kita mengkaji hal ini akan dengan cepat teringat sebuah nama yaitu Syeikh Siti Jenar atau Syeikh Lamah Bang, Siti Brit dan Siti Rekta. Awal mulanya adalah ketika Sunan Bonang akan memberikan Wajangan Kalam Ma’rifatillah atau wejangan kelas tinggi kepada Sunan Kalijaga agar Sunan Kalijaga dapat Nyesep Ngelmu Kasempurnan atau Ilmu Hakikat, Sunan Bonang mengajak Sunan Kalijaga untuk diajak mengaji diatas perahu diatas lautan luas agar ketika Sunan Bonang mbeber kaweruh tidak menggoncang dunia karena tidak semua orang berhak mendengarkan ilmu tersebut.

Ilustrasi




Namun karena perahunya bocor maka Suanan Kalijaga menambalnya dengan lempung (tanah liat), namun para Wali tersebut tidak mengetahui bahwa dalam tanah liat tersebut terdapat seekor cacing, karena cacing tersebut ikut mendengarkan ilmu tersebut maka cacing tersebut berubah menjadi manusia yang kemudian diberi nama Siti Jenar.


Tokoh ini selanjutnya menjadi orang yang sangat cerdas dan terkenal ilmunya, Siti Jenar mendirikan perguruan dan memiliki beberapa murid yang terkenal diantaranya yaitu : Ki ageng Pengging, Ki Jaka Tingkir dan Pangeran Panggung. Di perguruan ini Syekh Siti Jenar kemudian mengembangkan aliran Wahdatul Wujud atau yang lebih dikenal dengan Manunggaling Kawulo Ing Gusti, Syekh Siti jenar meyakini bahwa antara Allah dengan manusia terdapat Ittihad atau persatuan mutlak dan setiap hari para manusia harus melaksanakan Ittihad tersebut. Hal ini tentunya tidak dapat dibenarkan karena Allah adalah Tuhan dan manusia adalah makhluk, bagaimana tuhan dengan makhluk adalah sebuah persenyawaan? Sedangkan air dan minyak saja tidak dapat menyatu.


Ajaran kesatuan mutlak (ittihad) ini memiliki visi bahwa Tuhan dengan makhluk adalah bagaikan api dengan nyalanya, laut dengan ombaknya dan bunga dengan sarinya, hal ini dipengaruhi oleh filsafat Ibnu Farabi (1165-1240) dan al-Hallaj (858-922). Sehingga ajaran ini mendapat tantangan keras dari para Wali.


Mistisme Islam Jawa sangat dipengaruhi oleh beberapa tokoh mistikus Islam yaitu : Abu Yazid Al-Bistomi (875 M), Hussein bin Mansyur al-Hallaj (858-922 M), Ibnu ‘Arobi (1240 M), Muhammad ibnu Faddilah yang terkenal dengan kitabnya Al Mursalah Ila Ruh An Nabi di gujarat India (1620). Ulama Aceh pun ikut juga memberikan andil dalam mempengaruhi adanya Mistisme Islam di Jawa mereka adalah : Hamzah Pansuri (1630 m), Syamsuddien Pasai (1636 M), Nuruddin Ar Raniri (1644 M) dan Abdul Ra’uf Singkel (1690 M). dari beberapa penjelasan tersebut diatas ada beberapa pesan yang menjadi tujuan penulisan artikel ini adalah :
Apabila terjadi da’wah yang memberikan bahwa Allah dapat menyatu dengan makhluk, maka tinggalkanlah majelis tersebut.


Pahamilah Aqidah Islam dengan sebaik-baiknya dan dengan dibimbing oleh Guru yang mumpuni.
Apabila terdapat bacaan dari tokoh-tokoh diatas hendaknya hanya dijadikan bahan bacaan semata dan jangan diyakini karena bacaan tersebut apabila kita tidak dapat memahami secara detail akan mengarahkan kita kepada kemusyrikan.
Dan seperti pesan dari Hadlrotusy Syeikh Abah M. Saeful Anwar Z.R :”Bahwa syariah, Thoriqoh dan Ma’rifat adalah berjalan bersama.”



http://www.google.com/reader

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar

Search