Demi Narkoba Kuserahkan Kehormatanku

Diposting oleh admin on Selasa, 02 November 2010


(Berangkat dari Sebuah Curhat Sebuah Kisah Nyata) : Aku bersyukur karena akhirnya sanggup menghindar dari jeratan kehidupan yang serba gelap, meskipun untuk itu aku harus berjibaku melawannya dengan seluruh jiwa ragaku. Sebut saja aku Linda (samaran). Aku dilahirkan di tengah keluarga yang berkecukupan. Ayahku seorang pengusaha kopi yang cukup sukses, sementara ibuku seorang pejabat di salah satu instansi pemerintahan di kota ini.

Kehidupan ayah dan ibu yang dipenuhi berbagai aktifitas, membuat aku dan 3 saudaraku menjadi terlantar. Secara materi kami memang dimanjakan dengan berbagai fasilitas, baik kendaraan, uang saku hingga semua keperluanku terpenuhi. Tapi satu yang tak pernah ayah dan ibu berikan, yakni kasih sayang. Mereka terlalu sibuk dengan pekerjaan hingga melupakan kami, anak-anaknya yang begitu merindukan belaian kasih orang tua.

Sampai akhirnya, kakak sulungku tewas karena overdosis. Adikku yang bungsu juga ikut-ikutan terlena di dunia hitam. Ia kawin lari dengan pacarnya gara-gara hamil di luar nikah. Semua cobaan yang menerpa keluargaku seolah lengkap sudah ketika aku juga mulai mengenal drugs, seks dan kehidupan malam bersama teman-teman bukan lagi sesuatu yang tabu buatku. Malah sebaliknya, hal itu aku anggap gaya hidup yang sudah biasa di Metropolitan.

Narkobalah yang merusak semua kehidupanku. Aku mengenal barang haram ini dari kekasihku yang masih satu kampus denganku. Sampai aku benar-benar dibuat terlena. Hampir dua tahun lamanya aku mengkonsumsi narkoba, semua kudapatkan dari pacarku. Bahkan, kesucianku rela kuserahkan demi mendapatkan barang terkutuk itu.

Kehidupan bebas yang kugeluti bersama pacar telah membuat aku mengenal semua kenikmatan semu itu. Kami tak ubahnya pasangan suami isteri yang tak lagi mengenal waktu dan tempat untuk bisa melampiaskan hasrat. Padahal aku sadar betul bahwa obat-obatan itulah yang membuatku selalu merasa bergairah, hingga perlu waktu cukup lama bagi kekasihku untuk memuaskan hasrat seksualku.

Pernah suatu kali, saat aku mengkonsumsi Drugs dari jenis yang baru, mendadak hasratku menggelegak, aku bahkan tak memiliki rasa malu ketika harus memulai cumbuanku dan merayu kekasihku demi kepuasan hasratku. Dan sesaat kemudian kami telah bergumul, saling mendesakan bagian-bagian tubuh kami yang paling sensitif hingga akhirnya aku menggelinjang dan melenguh panjang merasakan kenikmatan yang tiada tara.

Karena sudah merasa ketergantungan yang cukup parah, semua harta orang tua aku jual demi mendapatkan barang itu. Sehari saja aku tak mengkonsumsinya, rasanya mati semua sendi-sendi hidupku. Belakangan ketika barang itu sudah mulai langka didapatkan, aku harus rela melepaskan mobil pemberian ayah untuk kubarter dengan barang itu.

Meskipun kedua orangtuaku tahu kalau aku sudah menjadi pecandu narkoba, namun mereka tetap tenang saja, seolah tak terjadi apa-apa denganku. Inilah yang membuat aku makin putus asa dan benar-benar tenggelam dalam dunia yang amat nista dan hina tersebut.

Dalam masa-masa kritis yang hampir tak mampu lagi menyelamatkan diri dari gerogotan obat terlarang itu, aku bertemu dengan seorang pemuda yang kebetulan alumni pesantren. Ia masih tetangga dekatku. Rupanya diam-diam dia memperhatikan semua kelakuanku selama ini.

Perhatiannya sungguh membuatku meneteskan air mata. Pikirku, ternyata masih ada orang yang menginginkanku dalam kebaikkan. Perlahan ia mulai memperkenalkan aku dengan semua yang berhubungan dengan agama Allah. Setiap saat jika ada waktu, ia tak bosan menemuiku di rumah untuk memberiku petunjuk agar bisa kembali ke jalan Allah.

Mulailah kemudian aku sadar akan kekeliruanku. Meski masih sering tergoda oleh obat itu dan seolah tak mampu lepas darinya, namun kehadiran sahabat ternyata begitu kuat. Ia menyarankan aku masuk panti rehabilitasi sebagai langkah awal memulai hidup baru.

Tidak berpikir panjang lagi, aku langsung mengikuti sarannya tersebut, masuk panti dan mulai hidup di sana. Aku masuk saat Ramadhan lalu. Hampir setiap malam aku menangis karena menyesal. Kini aku menghabiskan waktu di panti rehabilitasi. Dan semangat hidupku pun mulai tumbuh kembali. Terima kasih sahabat. Jasamu tak akan pernah lepas dari setiap tarikan nafasku.

http://www.google.com/reader

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar

Search