Kripik Jengkol Laris Manis di Perancis

Diposting oleh admin on Sabtu, 15 Mei 2010

Dini Kusmana Massabuau sudah lama tinggal di Perancis. Penulis Citizen Journalism Tribun Kaltim, pernah datang ke Markas Tribun di Balikpapan. Kegemarannya menulis. Maklum, ia pernah bekerja di dunia elektronik, ANTV. Berikut coretan Dini dari Perancis.


BERKUMPUL dengan satu bangsa apalagi dengan jamuan ala Indonesia, bagi kami yang berada di luar negeri biasanya selalu menjadi kesempatan yang tak terlewatkan. Walaupun sudah puluhan tahun jadi penghuni di negeri asing, lidah terbiasa mencicipi masakan khas setempat, bahkan tetap saja mendengar menu makanan yang akan disajikan membuat kita ngiler.

Sabtu pekan lalu, salah satu teman kami Nisha, mengajak kami untuk beramah tamah di kediamannya di kota kecil Fontanès. Belum juga acara dimulai beberapa hari sebelumnya, kami (khususnya ibu-ibu) sudah ramai dengan menu yang akan dibawa setiap orang. Facebook menjadi ajang kami untuk menuliskan makanan apa yang akan kami bawa.

Bukan orang Indonesia namanya kalau tidak ramai, setiap kali salah satu dari kami menuliskan menu masakan. Ada saja komentar yang keluar dari mulut kami. Komentar-komentar lucu yang membuat kami semakin tak sabar untuk segera bertemu.

Akhirnya hari yang ditunggu tiba, sayang sekali cuaca tak terlalu mendukung alias sedikit mendung. Bertemu dengan teman-teman Indonesia membuat udara yang cukup dingin menjadi hangat. Para suami, sepertinya sudah terbiasa melihat tingkah pola istri mereka yang ramai dan boleh dibilang ribut mengomentari apa saja yang bisa dikomentari.

Gelak tawa menghiasi suasana jamuan makan siang di taman tuan rumah. Saya, melihat menu yang disajikan di atas meja panjang. Kaget.... Saya tak menyangka makanan yang dibawa setiap tamu yang datang porsinya sangat banyak. Dan menunya-pun macam-macam.

Dari mulai perkedel, gado-gado, nasi goreng babat sapi, balado, lumpia, bubur kacang hijau dan ketan hitam sampai cendol dan masih banyak lagi macamnya. Bagi saya yang menjadi bintang tamu makanan saat itu adalah keripik jengkol!

Bayangkan, saat keripik jengkol dikeluarkan, beberapa mata langsung dengan cepat melirik dan berharap bisa mencicipi walaupun hanya secuil. Keripik jengkol yang tadinya merupakan oleh-oleh dari salah teman kami yang baru datang dari Indonesia untuk teman kami yang sedang hamil, seketika itu juga langsung ludes diserbu. Salah satu penyerbunya adalah saya...he.. he.. he.

Salah satu yang menarik dari temu ramah seperti ini adalah, partisipasi bersama dalam mempersiapkan dan menyajikan menu masakan. Bisa masak atau tidak setiap tamu yang hadir diharapkan tidak datang dengan tangan kosong.

Bahkan ada beberapa dari mereka yang tak pernah mencoba jenis masakan demi acara seperti mereka, berani mencoba dan membawanya untuk kami cicipi bersama.

Herannya, banyak dari kami yang tadinya sama sekali tak menguasai ilmu memasak, mendadak menjadi ahli mengolah bahan makanan. Salah satu teman saya misalnya, baru pertama kali membuat dadar gulung, begitu kami cicipi rasanya seperti di toko kue saja.

Bagi yang tak bisa memasak, bukan alasan untuk datang tanpa membawa sesuatu, tetap saja mereka datang dengan satu nampan masakan yang langsung menjadi rebutan tamu.

Acara seperti ini juga merupakan kesempatan bagi pasangan kami untuk saling berkenalan. Mengapa? Kebanyakan kami yang orang Indonesia sudah berkenalan sejak lama, namun kesempatan untuk memperkenalkan pasangan kami bukanlah hal yang mudah. Karena itu acara temu ramah seperti ini, membuat tali silahturahmi terjalin lebih erat lagi.

Begitu pula untuk anak-anak kami, mereka yang keseharian terbiasa dengan budaya dan bahasa Perancis, menjadi lebih mengenal teman-teman dari ibu atau ayah Indonesia mereka, berkenalan dengan sesama anak campuran dan juga mencicipi berbagai macam masakan indonesia yang tak selalu bisa mereka nikmati sehari-harinya.

Acara yang berlangsung ceria tiba-tiba sepat terhenti dengan datangnya hujan gerimis. Secara spontan kami langsung memindahkan semua perabotan makanan hingga panganan ke tempat yang teduh. Untung sekali rumah teman kami memiliki teras di tamannya, sehingga kami tetap bisa menikmati temu ramah ini di halaman rumah, tetap terlindungi dari guyuran hujan.

Tuty, teman kami yang terkenal senang menyanyi dan bermain gitar, kebetulan membawa gitarnya hari itu. Ia menghangatkan suasana dengan malantunkan lagu-lagu Indonesia. Dari mulai lagu daerah hingga nyanyian dangdut berkumandang ramai di telinga. Ada yang joget ada yang bernyanyi dan ada pula yang hanya mesem-mesem saja melihat tingkah kami.

Seperti layaknya di Indonesia bila ada acara kumpul-kumpul, kerap kali ada yang menjual barang dagangan. Begitupula saat itu. Teman kami Eva, mengeluarkan barang dagangannya berupa baju yang akhirnya laris manis terjual. Acarapun berlangsung dengan gerimis membasahi rumput halaman, tapi suasana tetap terasa hangat dan meriah. Es cendol ditemani kopi hangat menjadi jamuan penutup di sore itu sambil melantukan nyanyian Indonesia...

{ 0 komentar... read them below or add one }

Posting Komentar

Search